Selasa, 19 Mei 2009

Dunia Boleh Krisis Gereja Pentakosta Tidak !


















By.Sahala Napitupulu.

Ketika Amerika di bulan Desember 2008, digoncang oleh krisis ekonomi, negara-negara lain ternyata ikut limbung, termasuk Indonesia. Bahkan, beberapa perusahaan atau lembaga-lembaga keuangan ikut hancur dihantam oleh krisis ini, yang kemudian disebut orang sebagai krisis global. Dan ketika jarak ruang dan waktu antar negara-negara di dunia sekarang ini semakin pendek, bahkan hampir tanpa batas teritorial, oleh karena adanya internet, ternyata banyak juga orang bingung. Mereka tak tahu bagaimana seharusnya bersikap menghadapinya. Itulah akibat globalisasi, sesuatu yang ada didepan mata kita sekarang ini, yang telah membawa banyak perubahan terhadap kehidupan. Bahkan ada yang mengatakan dia telah memunculkan suatu peradaban baru.
Cuma, kearah mana gerangan dampak globalisasi ini akan berujung ? Itulah sebuah tanya yang telah lama dipikirkan banyak orang, termasuk oleh sekelompok rohaniawan beberapa waktu lalu. Jumlah mereka sekitar 600 orang. Mereka itu adalah para hamba Tuhan dari Gereja Pentakosta Indonesia. Mereka berkumpul dan berseminar selama tiga hari di gedung Padepokan Taman Mini Indonesia Indah pada akhir Maret lalu. Menurut Pdt.Pantur Silaban, S.E, selaku penggagas dan ketua panitia, bahwa untuk menggelar seminar para rohaniawan tersebut panitia mengganggarkan biaya sekitar Rp 400.000.000. Seminar dalam skala nasional tersebut digelar dengan tema : Kesiapan Gereja & Hamba Tuhan Menghadapi Krisis Global. Dan dasar firman Tuhan untuk seminar tersebut sebagaimana tertulis di dalam 2 Tim.3 : 1, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan datang suatu masa yang sukar.

Gereja Harus Mampu Menjawab

Dr.Rev.MH.Siburian, Mmin, selaku ketua umum Gereja Pentakosta Indonesia turut hadir dan memberi pengantar. Ia memaknai bahwa setiap zaman punya tantangannya sendiri. Dan Tuhan mendirikan gerejaNya diatas bumi ini harus mampu memberikan jawab atas tantangan setiap zaman. “ Gereja Tuhan bukanlah gereja kontemporer, melainkan gereja yang mampu berjalan dalam segala zaman dengan tantangannya, “ ujarnya.
Pimpinan dari 1100 sidang GPI dari seluruh wilayah nusantara ini melihat teknologi di era globalisasi kini telah merasuk sedemikian rupa. Semua arus informasi yang kita terima menjadi serba cepat. Sehingga kadang tak ada kesempatan bagi hamba Tuhan untuk memeriksa doktrin-doktrin yang disebarluaskan, apakah doktrin itu benar atau salah.
“ Jikalau dulu ada ajaran-ajaran yang salah menurut pemahaman gereja-gereja klasik,maka itu tidak berdampak secara langsung, karena mungkin itu hanya masuk dalam kalangan akademisi atau kalangan teolog saja. Tetapi, sekarang jika ada ajaran yang keliru, maka akan bisa sampai secara langsung kepada jemaat tanpa pendetanya tahu. Ia akan masuk tanpa saringan lagi dari pendetanya, “ urainya lebih lanjut. Karenanya, ia melihat seminar dengan tema globalisasi ini sangat relevan supaya para hamba Tuhan Gereja Pentakosta Indonesia memahami apa yang sedang terjadi ditengah dunia sekarang ini.
Pdt.Edison Pasaribu, Mth, dari Dirjen Bimas Kristen mewakili Menteri Agama RI, dalam sambutannya mengatakan perlunya umat GPI memiliki sikap pro-aktif terhadap situasi yang berkembang sekarang ini. “ Dalam situasi global sekarang ini kita tidak bisa lagi tinggal diam, kita tidak bisa lagi jalan sendiri atau masa bodoh dengan situasi yang ada. Tetapi, kita harus mengambil bagian didalamnya dan menyampaikan sikap yang positif untuk memberi sumbangsih yang terbaik untuk bangsa ini, “ ujarnya sebelum meresmikan pembukaan seminar.

Kotbah yang Pintar

Sementara Pdt.Dr.jacob Nahuway, MA, gembala sidang dari Gereja Bethel Indonesia jemaat Mawar Saron, salah seorang pembicara tamu, memaparkan rahasia kesuksesan pelayanannya berdasarkan prinsip-prinsip Alkitab. Ia mengatakan jika pelayanan kepada Tuhan benar-benar dipersiapkan dengan baik, sesuai dengan prinsip firman Tuhan, gereja tidak hanya bertumbuh, tetapi juga mengalami kemakmuran. Dan ia memang telah membuktikannya, katanya. Jemaat Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron yang dia gembalakan kini tak kurang dari sepuluh ribu jiwa, dengan empat kali ibadah pada tiap hari minggu dan memiliki bangunan gereja tak kurang dari Rp 100 miliar nilainya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
“ Persiapkan kotbahmu. Jika kotbahmu pintar, maka orang pintar juga yang akan datang kepadamu. Jika kotbahmu terdengar bodoh, maka orang bodoh juga yang akan datang padamu. Jadilah orang pintar yang berkotbah, “ ujarnya bersemangat. Katanya, dunia boleh saja mengalami krisis global, tetapi berkat Tuhan bagi umatNya tidaklah bergantung dari keadaan dunia ini. Sorga selalu merespon dan memberi jawaban sesuai dengan doa yang dinaikkan kepadaNya.

Pembicara lain yang diundang oleh panitia seminar adalah Pdt.Dr.Jimmy Oentoro (Senior Pastor IFGF GISI), Cornelius D.Ronowidjojo (Ketua Umum Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia) dan Rev.M.K.Bennet (Vicar from My Saviour Church, Singapore). Mereka juga berbicara tentang tantangan-tantangan gereja diakhir zaman dan sekaligus peluang-peluangnya. Dibalik bencana, dibalik krisis global ini, pasti tersimpan banyak kesempatan untuk semakin memperluas kerajaan Allah di bumi Indonesia ini. Demikian antara lain butir-butir paparan mereka.

Selain seminar juga dilangsungkan Kebaktian Kebangunan Rohani pada malam harinya. Seminar (27-28 Maret 2009, kemudian ditutup pada tgl.29 Maret dengan ibadah Minggu raya bersama. Dalam ibadah Minggu tersebut diadakan baptisan air, pemberkatan anak, pemberkatan guru-guru sekolah minggu dan perjamuan kudus. Adalah harapan banyak orang, hasil seminar ini tidak hanya akan memperluas cakrawala berfikir para hamba Tuhan GPI tentang dunia globalisasi. Setelah seminar, perlu pula dikongkritkan bahwa para peserta akan menghasilkan karya nyata untuk pengembangan pelayanan dan pertumbuhan jemaat lokal masing-masing.

* Keterangan photo, dari paling atas : Dr.Rev.MH.Siburian,M.Min, Pdt.Dr.Jacob Nahuway, MA, Pdt.Dr.Jimmy Oentoro dan sebagian hamba Tuhan peserta seminar.


* Tulisan ini telah dimuat sebelumnya di majalah TAPIAN edisi Mei 2009.

Seremonial





Krisis global telah memporak-porandakan ekonomi banyak negara, termasuk Indonesia. Dan imbasnya tidak hanya pada soal ekonomi, melainkan juga pada bidang sosial, politik dan keamanan suatu bangsa. Krisis global yang terjadi sekarang ini semakin menunjukkan adanya keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia. Dalam konteks tersebutlah digelarnya seminar nasional, 27-29 Maret 2009, oleh para hamba Tuhan dari Gereja Pentakosta Indonesia. Dengan mengambil tempat di padepokan Taman Mini Indonesia Indah, sekitar 600 orang para rohaniawan GPI yang datang dari belahan nusantara berkumpul mendengarkan para pembicara. Tampak Rev.MK.Bennet,Vicar from My Saviour Church,Singapore, salah seorang pembicara tengah menyampaikan buah pikirannya.

* Tulisan Seremonial ini sebelumnya telah dimuat dimajalah TAPIAN edisi Mei 2009

Minggu, 17 Mei 2009

Kaum Ibu GPI se-Jabodetabek dalam seminar


Dari rangkaian seminar nasional hamba Tuhan GPI, akhir Maret 2009 yang lalu, kaum ibu dari Gereja Pentakosta Indonesia se-Jabodetabek juga menyelenggarakan seminar di Padepokan Taman Mini Indonesia Indah. Dengan tema seminar mereka : Wanita yang Mempengaruhi.