Kamis, 14 Agustus 2008

Simeon, Stop Watch Dan Bayi Yesus

By Sahala Napitupulu.

Untuk sementara bisa dikatakan kehidupan kita ini bisa berlangsung seperti suatu siklus atau perputaran jarum jam pada suatu stop watch. Kehidupan kita berjalan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Ada yang datang, ada yang lahir. Tetapi ada juga yang harus pergi dan meninggalkan dunia fana ini. Kalau Anda dan saya hidup sampai saat ini, itu karena jarum jam kehidupan kita masih terus berputar.

Namun siap atau tidak, segala sesuatu akan ada waktunya. Seperti dikatakan dalam Kitab Pengkotbah : ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk menuai, ada waktu untuk tertawa dan ada waktu untuk menangis. Tetapi Tuhan lah yang memegang stop watch-nya.

Jarum jam kehidupan Anda dan saya untuk sementara ini masih berjalan karena Tuhan belum memencet tombol stop watch kita. Jarum jam kehidupan kita akan terus berputar hingga menuju suatu titik atau suatu limit tertentu, dimana Tuhan kemudian akan memencet tombol stop watch tersebut, lalu kehidupan kita pun berakhir. Kehidupan kita selesai karena waktunya sudah habis.

Rupanya menjelang peristiwa kelahiran Yesus pada 20 abad yang silam, adalah giliran Simeon yang akan meninggalkan dunia yang fana ini. Tetapi untuk seorang Simeon, Roh Kudus sudah lebih dulu memberi pernyataan bahwa dia tidak akan mati sebelum dia melihat Yesus.

Simeon mungkin umurnya sudah lanjut. Berapa persisnya kala itu kita tidak tahu. Hanya yang perlu kita lihat bagaimana pribadinya seperti yang dituliskan Alkitab. Dikatakan, dia seorang benar, dia seorang saleh dan Roh Kudus ada padanya. Selanjutnya Alkitab katakana, ketika Yesus lahir dan berumur 8 hari maka kedua orang tuanya membawa bayi Yesus ke Bait Allah di Yerusalem. Hal itu sesuai dengan hukum Taurat Musa, bahwa setiap anak sulung laki-laki harus dikuduskan bagi Allah.

Oleh Roh Kudus lalu Simeon datang ke Bait Allah dan bertemu dengan bayi Yesus. Mengenai keberadaan Simeon ini, Alkitab tidak memberi tahu siapa sebenarnya Simeon ini. Imam kah dia atau nabi ? Tetapi dengan memperhatikan apa yang tertulis pada Lukas 2 : 34, disitu tertulis bahwa Simeon memberkati mereka. Karena tempatnya d Bait Allah, maka besar kemungkinan dia adalah seorang imam besar yang hari itu bertugas melayani di Bait Allah di Yerusalem. Namun melihat nubuatnya ketika menatang bayi Yesus, hal itu menunjukkan pekerjaan seorang nabi.

Mungkin sudah lama Simeon ini menanti-nantikan kapan hari bersejarah itu akan terjadi. Ia telah siap untuk meninggalkan dunia yang fana ni. Saya percaya sebagai seorang yang penuh Roh Kudus, Simeon sudah siap kapanpun Allah memencet tombol stop watch kehidupannya. Orang beriman tidak akan pernah takut mati.

Baru pada waktu bayi Yesus berumur 8 hari, bersamaan dengan tugas keimamannya, mereka bertemu. Maria menyerahkan bayi Yesus ketangannya. Simeon menyambut bayi Yesus dan menatangnya. Inilah saatnya. Inilah puncak keharuan bagi seorang Simeon karena dia telah bertemu dengan Tuhannya. “ Sekarang Tuhan, biarkanlah hambaMu ini pergi dalam damai sejahtera sesuai dengan firmanMu, “ ujar Simeon meluap dari hati yang penuh suka cita. Luar biasa kehidupan Simeon ini. Dalam masa tuanya : dia seorang benar, saleh dan penuh Roh Kudus. Dalam masa tuanya, dia masih sempat menatang bayi Yesus sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.

Saya memang belum pernah dinyatakan oleh Roh Kudus kapan dan bagaimana saya akan mati. Kapan Tuhan akan menekan tombol stop watch kehidupan saya ? Tidak pernah saya tahu. Namun saya punya kerinduan, doa dan pengharapan tentang cara saya mati. Inilah permintaan saya pada Tuhan. Soal dijawab atau tidak, kehendakNya lah yang jadi. Saya pikir, mengapa saya hanya meminta berkat, meminta kesembuhan dan kebutuhan-kebutuhan hidup dari Tuhan ? Kenapa saya tidak juga berdoa untuk meminta cara mati saya, karena toh saya aka mati ?

Apa yang saya minta pada Tuhan kalau saya mati ? Inilah yang saya minta : jangan mati dirumah sakit, jangan mati dirumah orang, jangan mati dirumah sendiri, jangan mati karena kecelakaan dan jangan mati karena siksaan suatu penyakit. Kerinduan cara mati saya adalah saat saya berada ditengah-tengah jemaat Tuhan dalam suatu kebaktian, dimana saya melayani firman Tuhan. Begitu saya habis berkotbah maka disitu pula nafas terakhir saya. Saya ingin mengakhiri hidup dengan cara yang indah dan elegant. Artinya, sampai saat nafas terakhir saya ingin membawa dan mengingatkan orang pada kebenaran firmanNya dan memuliakan Tuhan.

Bagaimana dengan Anda ? Pernahkah Anda meminta pada Tuhan tentang cara mati Anda ?***

Tidak ada komentar: